Bahasa Indonesia: Tari Rejang adalah tarian suci untuk menyambut kedatangan para Dewa dari Kahyangan yang turun ke bumi. Ritual ini ditarikan dengan lemah gemulai, penuh rasa pengabdian kepada Dewa Dewi, dengan gerakan yang lambat dan sederhana, karena lebih berfokus pada nilai spiritual di dalamnya. Para penarinya mengenakankan pakaian upacara adat kuno yang penuh warna dengan hiasan kepala (gelungan) yang unik yang dibuat sedemikian rupa dari bahan bunga, buah, dan bahan lainnya yang merupakan khas desa setempat. Tarian ini biasanya ditarikan oleh para gadis secara berkelompok pada upacara-upacara adat di desa-desa tua di Bali Diperkirakan telah ada sejak jaman pra-Hindu dan merupakan salah satu dari 9 warisan budaya tak benda dari Bali yang masuk warisan budaya dunia (UNESCO). Tarian ini banyak mempesona dan diburu para fotografer baik dalam maupun luar negeri, mereka rela masuk ke pelosok-pelosok desa tua di Bali timur yang rutin menarikan ritual ini pada hari raya Galungan dan Kuningan karena keunikannya, masing-masing desa memiliki Rejang dengan keunikan yang khas dari segi busana, hiasan kepala, maupun gerakan tarinya. Bagi mereka, selain Rejang memiliki kemewahan dalam kesederhaan, aura dan kharisma yang bersinar dalam kesederhanaan gerak tarinya, juga memiliki keanggunan dalam kesakralan.
نسب العمل إلى مُؤَلِّفه – يلزم نسب العمل إلى مُؤَلِّفه بشكل مناسب وتوفير رابط للرخصة وتحديد ما إذا أجريت تغييرات. بالإمكان القيام بذلك بأية طريقة معقولة، ولكن ليس بأية طريقة تشير إلى أن المرخِّص يوافقك على الاستعمال.
الإلزام بترخيص المُشتقات بالمثل – إذا أعدت إنتاج المواد أو غيرت فيها، فيلزم أن تنشر مساهماتك المُشتقَّة عن الأصل تحت ترخيص الأصل نفسه أو تحت ترخيص مُتوافِقٍ معه.
This photo was uploaded to Wikimedia Commons as part of a photography contest Wiki Cinta Budaya 2020 organized by Wikimedia Indonesia with the support of the Wikimedia Foundation.
الشروحات
أضف شرحاً من سطر واحد لما يُمثِّله هذا الملف
A sacred balinesse dance to greet The Gods that come down to the earth on ceremony day
Tari Rejang adalah tarian tradisional masyarakat Bali timur untuk menyambut kedatangan para Dewa dari Kahyangan yang turun ke bumi. Merupakan salah satu dari 9 warisan budaya tak benda dari Bali yang masuk warisan budaya dunia (UNESCO)